Beberapa abad silam Al-Qur’an telah menjabarkan Hukum Heliocentri
Hukum Heliocentris dikenal juga dengan sebutan Hukum Copernicus yakni diambil dari namanya Nicolaus Copernicus
seorang astronom, matematikawan , dan ekonom berkebangsaan
Polandia, yang mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di
matahari) Tata Surya dalam bentuk yang terperinci, sehingga teori
tersebut bermanfaat bagi sains. Ia juga seorang kanon gereja,
gubernur dan administrator, hakim, astrolog, dan tabib. Teorinya
tentang Matahari sebagai pusat Tata Surya, yang menjungkirbalikkan
teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat
alam semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting
sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi
modern dan sains modern (teori ini menimbulkan revolusi ilmiah).
Teorinya memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia lainnya.
Universitas Nicolaus Copernicus di Torun, didirikan tahun 1945 ,
dinamai untuk menghormatinya.
Fenomena yang menarik bahwa
Al-Qur’an beberapa abad sebelum ditemukannya Hukum Heliocentris telah
menjabarkan bahwa sesungguhnya matahari merupakah pusatnya tata surya
seperti yang dijelaskan pada beberapa ayat dibawah ini.
PENGATURAN SAMAWI (ORGANISATION CELESTE)
Artinya: dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (Q.S Ibrahim 33)
Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan. [Q.S Al Anaam:96]
Artinya: dan matahari dan langit (beredar) menurut perhitungan. [Q.S Ar Rahmaan:5]
Yang kita dapatkan dalam Al-Quran tentang pengaturan samawi pada pokoknya mengenai sistem matahari, tetapi disamping itu terdapat isyarat-isyarat tentang fenomena-fenomena di luar sistem matahari yang pada zaman modern ini sudah dapat diungkapkan oleh Ilmu Pengetahuan.Terdapat dua ayat penting yang ada hubungannya dengan orbit matahari dan bulan:
Surat 21 ayat 33:
Artinya: Dan Dialah yang telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing dan
keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. [Al Anbiyaa': 33]
Surat 36 ayat 40:
Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. [Yaasiin: 40]
Dengan ayat tersebut, telah disebutkan
suatu fakta yang sangat pokok, yaitu adanya orbit untuk bulan dan untuk
matahari; dan isyarat tentang berpindah-pindahnya benda-benda tersebut
dalam angkasa (space) dengan gerakan khusus. Di samping itu ada suatu
hal negatif yang nampak dalam pembicaraan ayat-ayat tersebut;
diterangkan bahwa matahari pindah diatas orbit, tetapi orbit itu tidak
diterangkan hubungannya dengan bumi.
Pada waktu Al-Quran diwahyukan, manusia mengira bahwa matahari pindah tempat bersama dengan bumi seperti keduanya terikat satu dengan lainnya, gambaran
itu adalah sistem geocentrisme yang tersiar semenjak Ptolomeus pada
abad II SM, dan tetap dianut orang sampai munculnya Copernicus pada abad
XVI.
Konsepsi Ptolomeus yang diterima orang pada zaman Nabi Muhammad, tak tersebut dalam Al-Quran, baik dalam ayat ini atau ayat lainnya ADANYA ORBIT BAGI BULAN DAN MATAHARI. Yang diterjemahkan dengan orbit adalah kata bahasa Arab Falak.
Banyak penterjemah Perancis mengartikannya
sebagai: Sphere, memang itu arti dasar. Dr. Hamidullah menterjemahkan
dengan orbit. Kata tersebut telah menimbulkan kesulitan kepada ahli
tafsir Al-Quran pada zaman dahulu, karena mereka itu tidak dapat
menggambarkan perputaran bulan dan matahari; oleh sebab itu mereka
mempunyai gambaran yang kurang tepat atau malah sama sekali salah
tentang peredaran bulan dan matahari dalam angkasa.
Si Hamzah Boubekeur (seorang ulama Maroko)
dalam terjemahan Al-Quran yang ia lakukan menyebutkan bermacam-macam
tafsiran tentang falak seperti semacam axis (poros) seperti batang dari
besi dan suatu kitiran berkeliling sekitarnya; sphere samawi, orbit,
alamat zodiak, kecepatan, gelombang selanjutnya ia menambahkan kata-kata
ahli tafsir yang masyhur yaitu al Tabari dari abad X-XI; Kita harus
tutup mulut jika kita tidak tahu.
Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada waktu itu manusia belum dapat mengerti
arti: orbit, daripada matahari dan bulan. Sudah tentu, jika kata Falak
itu menunjukkan sesuatu tentang astronomi pada zaman Nabi Muhammad,
penafsiran ayat-ayat tersebut tidak akan menimbulkan kesulitan. Hal
tersebut berarti bahwa dalam Al-Quran terdapat idea-idea baru yang baru
beberapa abad kemudian menjadi jelas.
1. ORBIT UNTUK BULAN
Pada zaman kita sekarang ini banyak orang
sudah mengetahui bahwa bulan merupakan satelit bumi berputar keliling
bumi setiap 29 hari. Tetapi perlu diadakan koreksi tentang kebulatan
orbit oleh karena astronomi modern memberi excentriq*15
kepada orbit bumi dan orbit bulan. Karena itu maka jarak antara bumi
dan bulan yang diperkirakan 384.000 km, itu hanya merupakan jarak
pertengahan.
Diatas, kita telah melihat bahwa Al-Quran menonjolkan faedahnya mengamati gerak bulan untuk mengukur waktu, Surat 10 ayat 5:
Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus: 5) |
Pada ayat ini sering orang mengkritik
sistem perhitungan yang dianggap kuno, dengan dalil tidak praktis dan
tidak ilmiah jika dibandingkan dengan sistem yang didasarkan atas
peredaran bumi disekitar matahari yang dapat kita lihat dengan jelas
dalam penanggalan Yulius. Kritik tersebut memerlukan dua penjelasan:
- Al-Quran, hampir 14 abad yang lalu, berbicara kepada penduduk Jazirah Arab yang biasa memakai perhitungan bulan, dan Al-Quran perlu berbicara dengan mereka dalam bahasa yang mereka pahami dan tidak mengacaukan kebiasaan mereka untuk mengukur tempat dan waktu, apalagi kebiasaan itu memang cukup memenuhi kebutuhan. Kita tahu bahwa penghuni-penghuni Sahara biasa mengamati langit dengan petunjuk bintang-bintang atau mengetahui waktu dengan perantaraan tahap-tahap bulan, yaitu cara yang paling sederhana dan paling meyakinkan bagi mereka.
- Jika kita kesampingkan para spesialis dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa pada umumnya orang tidak mengetahui persesuaian yang sempurna antara kalender Yulius dan kalender Bulan, 235 bulan lunar (perhitungan bulan) sama dengan 19 th. Yulius yang terdiri daripada 365.25 hari; lamanya tahun kita yakni 365 hari tidak benar betul, karena ia memerlukan koreksi setiap 4 th. (tahun kabisat). Dengan mempergunakan kalender Bulan/Komariah, segala sesuatu terulang tiap 19 tahun kalender Yulius. Ini namanya Cyclus Meton. Meton adalah seorang astronom Yunani yang pada abad V S.M., menemukan persesuaian total antara kalender Matahari dengan kalender Bulan.
2. MENGENAI MATAHARI
Adanya orbit lebih sukar untuk diamati
oleh karena kita terbiasa menganggap bahwa sistem matahari diatur
disekitar matahari. Untuk memahami ayat Al-Quran, kita harus menyelidiki
situasi matahari dalam galaksi kita dan menggunakan hasil-hasil yang
berkaitan dengan Sains modern. Galaksi kita memuat jumlah yang sangat
besar terkait bintang-bintang yang dibagi menurut suatu disk
(bundaran/cakram) yang tengahnya lebih tebal daripada pinggirnya, dan
matahari menduduki tempat yang jauh dari suatu pusat disk tersebut.
Oleh karena galaksi berputar sendiri
dengan axis sebagai pusatnya, maka matahari itu beredar sekitar pusat
tersebut menurut orbit putaran. Astronomi modern sudah dapat menghitung
beberapa perincian.
Pada tahun 1917 Shapley telah mengatakan
bahwa jarak antara matahari dan pusat galaksi adalah 10 kiloparsecs; ini
berarti dalam kilometer angka 3 ditambah dengan 17 nol. Untuk memutari
dirinya sendiri, galaksi dan matahari memerlukan 250 miliun tahun, dan
dalam gerak ini matahari bergeser dengan kecepatan 250 kilometer tiap
detik, itulah gerakan orbit matahan yang disebutkan oleh Al-Quran 14
abad yang lalu, adanya orbit serta bintang-bintang di dalamnya telah
dibuktikan kebenarannya oleh Astronomi modern.
Petunjuk kepada pergeseran Bulan dan Matahari dalam Angkasa (Space) dengan Gerak Pribadi.
Soal ini tidak disinggung dalam terjemahan-terjemahan Al-Quran yang dilakukan oleh ahli-ahli sastra, karena mereka tidak mengerti astronomi,
mereka menterjemahkan kata bahasa Arab yang menunjukkan pergeseran
dengan salah satu arti kata tersebut, yaitu berenang. Hal ini terjadi
dalam terjemahan Perancis dan dalam terjemahan Inggeris yang sangat
populer yaitu terjemahan Yusuf Ali. Kata bahasa Arab yang menunjukkan
pergeseran dengan gerak pribadi adalah kata kerja sabaha (yasbahuna
dalam kedua ayat); arti kata kerja itu mengandung pergeseran dengan
gerak pribadi dari benda yang bergeser.
Hal itu dinamakan berenang jika terjadi
dalam air, dan dinamakan bergeser dengan gerakan anggotanya jika
pergeseran itu terjadi di atas bumi. Untuk pergeseran dalam angkasa,
orang tidak dapat menunjukkan maksud tersebut kecuali dengan memakai
arti yang asli.
Dengan cara ini, rasanya tidak ada kekeliruan, karena pertimbangan-pertimbangan berikut:
Bulan berputar sekitar dirinya sendiri
dalam waktu ia melakukan edaran sekitar bumi, kira-kira 29.5 hari,
sehingga ia menunjukkan wajah yang sama kepada penglihatan kita.
Matahari beredar sekitar dirinya sendiri
dalam waktu kira-kira 25 hari. Terdapat keistimewaan edaran untuk
khatulistiwa dan kutub-kutub. Kita tak akan membicarakan perincian ini,
akan tetapi bintang itu pada umumnya mengandung gerak edar.
Jadi jelas
bagi kita bahwa Al-Quran terdapat nuansa kata kerja yang menunjukkan
gerak pribadi daripada matahari dan bulan. Gerak daripada dua benda
samawi telah dibuktikan adanya oleh hasil-hasil Sains modern, dan kita
tidak dapat mengerti bagaimana seorang yang hidup pada abad VII M.,
dapat mengetahuinya, walaupun orang itu yang pandai pada waktunya, dan
sudah terang Muhammad bukan orang yang paling pandai.
Kadang-kadang orang membandingkan berita
Al-Quran yang dikuatkan oleh Sains modern dengan contoh-contoh ahli
pikir zaman kuno yang mengumumkan fakta-fakta yang kemudian diakui
kebenarannya oleh Sains.
Mereka tidak dapat sampai kepada fakta-fakta itu dengan jalan deduksi; mereka itu memakai
cara berpikir filsafat, sebagai contoh mereka menyebutkan
pengikut-pengikut Pythagoras yang pada abad VI S.M., yang mempertahankan
teori peredaran bumi di sekitar dirinya sendiri dan gerak planet
memutari matahari; Sains modern membenarkan teori tersebut.
Jika kita mengikuti kasus para pengikut
Pythagoras, menjadi mudahlah bagi kita untuk mengatakan suatu hipotesa
bahwa Muhammad adalah seorang ahli pikir yang istimewa, yang dengan
dirinya sendiri dapat mengkhayalkan hal-hal yang kemudian diungkapkan
oleh Sains modern beberapa abad sesudahnya. Jika kita berbuat begitu,
kita lupa menyebutkan aspek-aspek lain tentang hasil-hasil pemikiran
para filsuf itu dan lupa pula menyebutkan kekeliruan-kekeliruan besar
terdapat dalam karya-karya mereka, misalnya saja, para pengikut
Pythagoras mempertahankan teori yang mengatakan bahwa matahari tetap
(tidak bergerak) dalam angkasa, bahwa matahari adalah pusat alam dan tak
ada organisasi samawi sekelilingnya.
Sudah menjadi kebiasaan untuk menemukan
pada filsuf-filsuf besar di zaman kuno itu suatu campuran daripada
pendapat yang benar dan pendapat yang salah tentang kosmos. Hendaknya
gemerlapan yang diberikan oleh konsep-konsep yang sangat maju kepada
karangan-karangan manusia itu jangan sampai pula melupakan kita kepada
konsep-konsep yang salah yang juga diwariskan oleh mereka.
Di sinilah perbedaan antara
karangan-karangan para filsuf tersebut dengan Al-Quran. Al-Quran
menyebutkan bermacam-macam persoalan yang sesuai dengan ilmu pengetahuan
modern, dan sama sekali tidak mengandung hal yang bertentangan dengan
Sains yang sudah diakui kebenarannya pada waktu ini.
URUTAN-URUTAN ANTARA SIANG DAN MALAM
Pada waktu
manusia menganggap bahwa bumi itu pusat alam dan matahari itu bergerak
di sekitar bumi, siapa yang tidak menyebutkan matahari dalam
membicarakan urut-urutan antara siang dan malam?, tetapi hal semacam itu tidak terdapat dalam Al-Quran. Al-Quran membicarakan urut-urutan siang dan malam sebagai benkut:
Surat 7 ayat 54:
Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [Al
Araaf: 54]
[Tulisan Arab]
Artinya: Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka
adalah malam. Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta
merta mereka berada dalam kegelapan.Surat 31 ayat 29 :
Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kedalam malam, dan Ia mudahkan (perjalanan) matahari dan bulan? Tiap-tiap suatu berjalan hingga satu tempat yang ditentukan S [Luqman: 29]
Surat 39 ayat 5:
Artinya: Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam. [Az Zumar: 5]
Ayat pertama tidak memerlukan penjelasan.
Ayat kedua hanya memberi gambaran. Ayat ketiga dan keempat dapat menarik
perhatian tentang penggulungan malam kepada siang dan penggulungan
siang kepada malam. Penggulungan (enrouler, bahasa Perancis) seperti
terdapat dalam terjemahan R. Blachete nampaknya melupakan terjemahan
yang paling baik untuk kata kerja bahasa Arab kawwara. Arti dasar
daripada kata kerja itu ialah rnenggulung serban berbundar-bundar di
atas kepala. Dalam kata lain, arti menggulung itu tetap ada.
Apakah yang sesungguhnya terjadi di
angkasa? Seperti yang telah dilihat dan diambil fotonya oleh
astronout-astronout Amerika dari pesawat luar angkasa mereka, jauh
daripada bumi, mulai daripada bulan umpamanya, matahari itu menyinari
secara terus menerus (kecuali dalam keadaan gerhana). Separo bumi yang
berhadapan dengannya, sedangkan yang separo lagi dalam kegelapan. Bumi
berputar sekitar dirinya sendiri dan pada waktu itu pancaran sinar tetap
berlangsung; satu bagian (zone) yang diterangi dan merupakan separo
bumi melakukan putaran sekeliling bumi selama 24 jam, sedang yang separo
lagi yang dalam gelap menyelesaikan perputaran pada waktu yang sama.
Perputaran yang terus menerus antara siang
dan malam dilukiskan dalam Al-Quran secara sempurna. Hal ini sekarang
dengan mudah dapat dimengerti manusia oleh karena kita mempunyai ide
tentang diam (fixedness)nya matahari yang relatif serta ide tentang
peredaran bumi. Proses penggulungan yang terus-menerus, dengan penetrasi
(masuk) yang juga secara terus menerus, dari satu bagian ke bagian yang
lain telah digambarkan oleh Al-Quran, seakan-akan pada waktu Al-Quran
diwahyukan orang sudah mengetahui bahwa bumi itu bulat.
Pada hakekatnya, pada waktu itu manusia
belum mengetahui hal tersebut. Kita perlu memberi tambahan terhadap
pemikiran tentang urut-urutan siang dan malam. Tambahan itu ialah bahwa
beberapa ayat Al-Quran menyebutkan beberapa timur dan barat. Hal ini
adalah sekedar diskriptif, oleh karena fenomena ini dapat dilihat dari
pengamatan yang sederhana. Hal tersebut saya cantumkan di sini dengan
maksud untuk menunjukkan apa yang dikandung oleh Al-Quran selengkap
mungkin, umpamanya, dalam Surat 70 ayat 40:
Artinya: Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat.[Al Maaarij: 40]
dan Surat 55 ayat 17:
Arinya: Tuhan dua timur dan dua barat. [Ar Rahmaan: 17]
Dalam surat 43 ayat 38, jarak dua timur
menunjukkan jarak yang sangat besar antara dua tempat. Orang yang
mengamati terbit dan terbenamnya matahari mengetahui benar bahwa
matahari terbit pada beberapa tempat-tempat yang berlainan di timur, dan
terbenam di beberapa tempat yang berlainan di barat menurut musim.
Tanda-tanda yang diambil dari beberapa
ufuk (horizon) menunjukkan titik-titik yang paling berjauhan yang
menunjukkan dua timur dan dua barat dan di antara tempat-tempat itu
terdapat-titik-titik pertengahan sepanjang tahun. Fenomena yang
disebutkan di sini dapat dikatakan tidak penting, tetapi yang perlu
diperhatikan adalah mengenai soal-soal lain yang dibahas dalam fasal
ini, dimana didalamnya fenomena-fenomena astronomi yang disebutkan dalam
Al-Quran adalah sesuai dengan pengetahuan modern.
~~~)(~~~
0 komentar:
Posting Komentar